Sabtu, 23 Agustus 2008

Pencegahan & Pengobatan terhadap Penyakit Hati (Hepatitis)

Pencegahan Hepatitis

Vaksin hepatitis A dan B kini sudah tersedia di Indonesia. Karena hepatitis B memiliki bahaya yang lebih besar (mengingat ia bisa menjadi kronik), maka pemerintah telah melakukan pemberian vaksinasi hepatitis B pada bayi secara gratis di posyandu.

Selain itu, gaya hidup sehat harus diterapkan. Hindari pergaulan bebas dan pemakaian obat-obat terlarang. Jarum suntik merupakan metode penularan yang sangat hebat bila dipakai bersama-sama.

Bagi penderita dianjurkan untuk memakai kondom bila berhubungan dengan pasangannya. Hal ini berguna untuk mengurangi risiko terjadinya penularan.

Pengobatan Hepatitis

Sebenarnya tidak ada pengobatan khusus bagi penderita hepatitis akut. Sebagian besar penderita akan sembuh dengan sendirinya, terkadang bahkan sebelum ia menyadari menderita hepatitis.

Tentu saja tidak semuanya berjalan semulus itu. Pada sebagian penderita, hepatitis akan muncul dengan berbagai gejala. Pada keadaan tersebut, tentu kita harus mengupayakan kondisi yang sebaik mungkin yang dapat menunjang kesembuhan penderita. Kunci utama adalah nutrisi yang baik dan istirahat yang cukup.

Berbeda dengan penderita hepatitis kronik. Pada penderita kronik aktif, kita harus bertindak lebih aktif pula. Selain istirahat dan nutrisi, penderita juga diberikan obat-obatan. Saat ini, sudah ada beberapa jenis obat yang cukup bermanfaat dalam proses penyembuhan penderita.

Nutrisi yang seimbang baik dari segi kalori, karbohidrat, protein dan lemak, akan membawa pengaruh yang baik untuk memperbaiki kerusakan sel hati. Pada tingkat tertentu, kerusakan sel hati masih bisa diperbaiki dengan cara memproduksi sel hati baru yang sehat. 

Istilah sirosis hati merujuk pada keadaan dimana sel-sel hati yang sehat telah digantikan oleh jaringan parut. Akibatnya, fungsi hati tentu saja terganggu. Gangguan hati kronik ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti radang hati (hepatitis), sumbatan kandung empedu dan juga akibat paparan substansi berbahaya termasuk alkohol. 

Pada jaman dahulu, diet rendah protein diberikan pada penderita sirosis hati dengan maksud untuk menghindarkan risiko terjadinya peninggian kadar amonia darah yang berbahaya. Padahal, penderita sirosis hati seringkali mengalami penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Akibatnya, penderita mengalami penurunan berat badan dan kekurangan protein. 

Pemberian protein pada penderita sirosis memang cukup memusingkan. Kelebihan protein dapat mengakibatkan peningkatan amonia darah yang berbahaya, sedangkan kekurangan protein akan menghambat penyembuhan sel hati. 

Saat ini para dokter lebih memilih untuk memberikan diet tinggi kalori tinggi protein dengan maksud agar sel-sel hati dapat beregenerasi. Sedangkan untuk mengontrol tingkat amonia darah digunakan laktulosa dan/atau suatu jenis antibiotik yang bernama neomisin. 

Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal lagi yang perlu diperhatikan oleh penderita sirosis hati, misalnya pengurangan konsumsi garam. Untuk itu tingkatkan konsumsi makanan segar dan hindari makanan awetan seperti makanan kaleng. 

Penderita sirosis juga bisa mengalami penyumbatan saluran empedu di dalam hati. Akibatnya, empedu tidak bisa keluar dan lemak tidak bisa diserap. Pada keadaan ini, penderita akan mengalami perubahan defekasi (buang air besar) yang disebut steatore. 

Bila hal ini terjadi, lemak sebaiknya diganti dengan lemak trigliserida rantai sedang (medium chain triglycerides/MCT). MCT sangat baik digunakan karena untuk penyerapannya jenis lemak ini tidak terlalu tergantung pada keberadaan asam empedu. 

Saat ini telah tersedia produk nutrisi khusus yang diformulasikan untuk para penderita gangguan hati. Salah satunya adalah Hepatosol yang juga mengandung Trigliserida Rantai Sedang (MCT).

sumber : http://www.info-sehat.com

Tidak ada komentar: